DM – Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan angka konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan yang tergolong tinggi. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2TM) Kementerian Kesehatan RI, dr Elvieda Sariwati, menyatakan angka diabetes dan obesitas terkait konsumsi gula masih menjadi sorotan pemerintah.
“Tekanan darah tinggi, adanya gula darah tinggi, dan obesitas, masih menjadi sorotan karena terkait gula, garam, lemak yang kita konsumsi,” ucapnya dalam diskusi virtual Masa Depan Pengendalian Minuman Berpemanis dalam Kemasan, Selasa (23/8/2022), seperti dilansir dari detik.com.
Menurut data yang ditampilkan, Indonesia merupakan negara ketiga terbesar di Asia Tenggara yang mengkonsumsi minuman berpemanis (20,23 liter per orang). Menurutnya, berdasarkan survei diet total 2014, minuman berpemanis jenis teh cair masih menjadi yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia.
“Minuman teh cair dalam kemasan, kemasan teh ini menarik perhatian dan dijangkau dengan harga murah, dijangkau masyarakat mulai dari bawah dan atas,” jelasnya.
Menurut dr Elvieda, Kemenkes RI telah mendorong adanya penetapan cukai untuk minuman berpemanis dalam kemasan. Wacana ini memang sudah lama dicanangkan namun pelaksanaanya masih belum diterapkan.
dr Elvieda menargetkan pelaksanaan cukai ini diharapkan terlaksana tahun depan sebagai upaya mengurangi angka diabetes maupun obesitas di masyarakat.
“Kemenkeu (Kementerian Keuangan) butuh dukungan lebih lagi untuk menguatkan lagi secara formal memproses kebijakan tadi. Kemenkes sudah mendorong aturan cukai dilakukan, target tahun ini selesai, dan tahun depan sudah bisa diterapkan,” ujarnya.
Upaya Kemenkes Mengurangi Angka Diabetes dan Obesitas
Menurut dr Elvieda, Kemenkes RI telah melakukan usaha promotif dan preventif untuk menurunkan angka diabetes dan obesitas di masyarakat.
“Terkait apa yang kita lakukan untuk mengendalikan obesitas dan diabetes di Indonesia adalah pengendalian untuk diet gula, garam, lemak,” bebernya.
“Untuk mungkin kita lebih banyak promotif dan preventif dan transformasi layanan primer. Bagaimana melakukan kampanye baik itu pencegahan atau deteksi dini,” sambungnya.
Khusus mencegah diabetes pada anak-anak, dr Elvieda menyebut Kemenkes RI sedang melakukan upaya pencegahan dan edukasi yang melibatkan lintas lembaga dan Kementerian.
“Diabetes tipe 1 anak, sedang menjajaki dan sedang diskusi dengan IDAI soal bagaimana mencegah ini,” ucapnya.
“Kita sedang bahas juga dalam Kemendikbud untuk memasukan dalam kurikulum, mulai dari pola makan, faktor risiko, hingga pola fisik mencegah diabetes. Usaha ini mencegah komplikasinya dan mencegah kematian dini dari diabetes tadi,” pungkasnya.
Sumber : detik.com
Editor : Redaksi
Discussion about this post