
DM – Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kota Tanjungpinang, mengaku kejadian kekerasan terhadap santri Pondok Pesantren (Ponpes) Raudahtul Qur’an sudah pernah terjadi pada Tahun 2016 silam.
Kepala UPTD PPA Kota Tanjungpinang, Zakiah mengatakan bahwa sebelumnya pihaknya juga pernah menerima laporan, soal para santri yang ditelantarkan dan tidak diberi makan oleh pengurus pesantren Raudahtul Qur’an .
“Memang bukan kekerasan fisik, tapi kekerasan psikis. Kejadiannya 2016 yang lalu, diselesaikan secara mediasi dan akhirnya 5 orang santri itu dipindahkan ke pondok lain,” ujar Zakiah, Jum’at (25/3/2022).
Dirinya menegaskan, bahwa saat kejadian tersebut yang menjadi terlapor adalah, Buhriady yang merupakn pengurus pesantren Raudahtul Qur’an Tanjungpinang hingga saat ini.
Zakiah menambahkan, baru-baru ini pihak UPTD PPA Tanjungpinang telah mengkroscek soal kabar adanya santriwati yang dianiaya oleh pengurus pesantren Raudahtul Qur’an.
“Memang ada. Tapi kita tidak bisa dampingi korban, jika orang tuanya tidak melaporkan. Pelakunya sama dengan yang Tahun 2016, Buhriady,” ungkapnya.
Jika memang orang tau melapor, sambung Zakiah pihaknya akan melakukan pendampingan tes visum, berita acara pemeriksaan, hingga prises pisikologi.
“Seperti apapun prosesnya itu, kembali kepada orang tuanya. Memang orang taunya tidak mau melapor kejadian ini,” tukasnya.
Sebelumnya, Pengurus Ponpes Raudahtul Qur’an Tanjungpinang, Buhriady telah mengaku menganiaya salah seorang santriwatinya berinisial IR, yang masih berumur 14 tahun.
Perbuatan Buhriady tersebut, membuat korban mengalami luka lebam di bagian pelipis mata sebelah kanan. Kejadian ini juga membuat korban tidak tahan, dan memutuskan untuk mengadu ke Polresta setempat, pada Senin (21/3/2022) yang lalu.
Buhriady yang juga merupakan utaz di Pesantren tersebut mengatakan, bahwa dirinya sangat kesal dengan tingkah-laku korban yang kerap pulang ralut malam.
Sebelum memukul santriwatinya itu, Buhriady sempat memergoki korban pergi dari Pesantren pada pukul 23.00 WIB, dan baru pulang pukul 02.00 WIB dini hari. Perilaku semacam itu membuat Buhriady kesal, dan nekat melayangkan sebuah pukulan kewajah korban.
“Reflek mukul anak itu, padahal saya sudah merawat sejak dia umur 4 tahun hingga sekarang sudah berusia 14 tahun, dan masih ada hubungan keluarga,” ujar Buhriady, Rabu (23/3/2022).
Penulis : Mael
Editor : Redaksi
Discussion about this post