
DM – Pengurus Pondok Pesantren (Ponpes) Raudahtul Qur’an Tanjungpinang, Buhriady mengaku telah menganiaya salah seorang santriwatinya berinisial IR, yang masih berumur 14 tahun.
Perbuatan Buhriady tersebut, membuat korban mengalami luka lebam di bagian pelipis mata sebelah kanan. Kejadian ini juga membuat korban tidak tahan, dan memutuskan untuk mengadu ke Polresta setempat, pada Senin (21/3/2022) yang lalu.
Buhriady yang juga merupakan utaz di Pesantren tersebut mengatakan, bahwa dirinya sangat kesal dengan tingkah-laku korban yang kerap pulang ralut malam.
Sebelum memukul santriwatinya itu, Buhriady sempat memergoki korban pergi dari Pesantren pada pukul 23.00 WIB, dan baru pulang pukul 02.00 WIB dini hari. Perilaku semacam itu membuat Buhriady kesal, dan nekat melayangkan sebuah pukulan kewajah korban.
“Reflek mukul anak itu, padahal saya sudah merawat sejak dia umur 4 tahun hingga sekarang sudah berusia 14 tahun, dan masih ada hubungan keluarga,” ujar Buhriady, Rabu (23/3/2022).
Menurut dia, tidak ada orang tua yang tidak kaget dan kesal jika ada anaknya yang pulang larut malam. Apalgi anak tersebut masih dibawah umur dan merupakan seorang anak perempuan.
Setelah beberapa hari kejadian penganiayaan ini, kata dia korban sempat duduk didepan pondok pesantren pada malam hari. Kemudian, ada warga setempat yang datang dan menanyakan apa yang telah terjadi terhadap korban.
“Mungkin dia jawab telah dipukul abinya (Buhriady). Lalu mereka (warga) mau membawa ke Polres, memang ada aksi tarik menarik,” ungkapnya.
Saat korban dibawa warga untuk membuat laporan, Buhriady memutuskan untuk menjemput orang tua korban yang sedang berada di Kota Batam, untuk ikut datang ke Mapolresta Tanjungpinang.
“Saya tidak kabur, saya langsung jemput orang tuanya dan abangnya. Kemudian malam itu juga, kita ke Polres,” kata Buhriady.
Dirinya menerangkan, bahwa orang tua korban tidak melaporkan kejadian penganiayaan ini ke Polisi. Sebab, keluarga korban dengan Buhriady masih ada hubungan keluarga.
Setelah dari Polres, Buhriady menuturkan, Ibu korban langsung menjemput IR yang di titipkan dirumah RT setempat, untuk kembali dibawa ke pondok Pesantren. Namun, dirinya menyarankan untuk membawa korban pulang dan tinggal bersama orang tuanya.
“Saya serahkan ke orang tuanya, tapi sebenarnya orang tua tidak mau anaknya dibawa ke Batam. Saya minta orang tuanya untuk didik dulu, akhirnya Ibunya mau,” tukasnya.
Sebelumnya, Ketua RT 7 RW 5 Kelurahan Air Raja, Ali Imran membeberkan, bahwa kejadian serupa seperti ini sudah sering tejadi sejak lama. Selama Ali menjadi Ketua RT, pernah ada 6 orang santri yang kabur dari Pondok Pesantren tersebut.
“Pernah juga kasusnya sampai ke Dinas terkait (Perlindungan Anak). Ada juga santri yang ngadu rambutnya dipotong. Saya kurang hiraukan juga, karena B ini tidak menganggap saya sebagai Ketua RT,” sebutnya.
Penulis : Mael
Editor : Redaksi
Discussion about this post