
DM – Hukuman 1 tahun dan 6 bulan penjara, yang dijatuhkan kepada Oknum ASN Sipir Rutan kelas I Tanjungpinang, Rendy Lastiawan dan oknum Honorer Kejari setempat Muhamad Akbar, merupakan kewenangan Majelis Hakim.
Hal tersebut disampaikan oleh Humas PN Tanjungpinang, Eduard P Sihaloho saat dikonfirmasi media ini, Kamis (25/11/2021) sore.
“Majelis Hakim memiliki hak untuk memeriksa dan mengadili perkara narkoba itu, dengan berdasarkan dakwaan, pembuktian, dengan memperhatikan tuntutan, pembelaan dan keyakinan hakim,” ujar Eduard.
Dirinya mengaku, Majelis Hakim yang memberikan vonis ringan terhadap terdakwa Rendy dan Akbar, sudah sesuai dengan kode etik yang berlaku.
“Terhadap putusan hakim, sesuai dengan kode etik dan perilaku Hakim. Ini juga, berdasarkan fakta hukum yang terungkap dari persidangan, dihubungkan dengan pasal yang terbukti dari dakwaan penuntut umum serta keyakinan majelis hakim,” jelasnya.
Disinggung terkait adanya kongkalikong antara Hakim dan terdakwa, Eduard menerangkan, bahwa dia tidak bisa memberikan komentar terkait informasi yang beredar diluar PN Tanjungpinang itu.
“Saya sebagai Humas, bukan Hakim yang mengadili perkara tersebut, serta tidak bisa berkomentar tentang informasi di luar PN Tanjungpinang,” tutupnya.
Sebelumnya, dalam amar putusan yang dibacakan ketua Majelis Hakim, Anggalanton menyatakan bahwa dua pengedar narkoba tersebut dijerat pasal 127 ayat (1) huruf a Undang Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Jo Pasal 55 Ayat (1), sehingga divonis dengan hukuman 1 tahun dan 6 bulan penjara.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Seksi Pidana Umum (Kasipidum) Kejari Tanjungpinang, Sudiharjo mengatakan Jaksa Penuntut Umum (JPU) akan melakukan upaya hukum banding ke Pengadilan Tinggi (PT) Pekanbaru, terkait vonis ringan yang diberikan Hakim PN Tanjungpinang.
“Konfirmasi ke PN kenapa putusnya segitu, kami akan mengajukan banding ke PT Pekanbaru,” ujar Sudiharjo saat dihubungi,” ujar Sudiharjo.
Ia menerangkan, pihaknya tetap menuntut kedua terdakwa dengan Pasal 114 ayat (1) Jo. Pasal 132 ayat (1) UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, saat mengajukan banding ke PT Pekanbaru.
“Dengan tetap menuntut 6 tahun penjara, dan denda Rp 1 Miliar dengan subsider 3 bulan penjara,” ungkapnya.
JPU menyatakan bahwa kedua terdakwa tersebut melanggar pasal 114 Ayat 1 jo Pasal 132 ayat 1 UU RI nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dalam dakwaan Pertama.
Kemudian dalam dakwaan, kedua terdakwa melanggar pasal 112 Ayat 1 jo Pasal 132 ayat 1 UU RI nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dan dakwaan ketiga melanggar pasal 127 Ayat 1 jo Pasal 132 ayat 1 UU RI nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
Perbuatan Rendy dan Akbar tersebut terungkap saat Satresnarkoba Polres Tanjungpinang menangkap terdakwa Guntur, yang dituntut secara terpisah. Dalam melakukan pengembangan, Guntur mengaku mendapatkan sabu tersebut dari Rendy yang saat itu merupakan Sipir Rutan Kelas I A Tanjungpinang.
Perbuatan itu juga dibuktikan dengan nomor handphone atas nama terdakwa Rendy di Handphone Guntur yang menawarkan narkotika jenis sabu-sabu kepada terdakwa Guntur.
Kemudian Penyidik Sat Narkoba melakukan penelusuran, dengan cara memesan narkotika jenis sabu sebanyak 1 gram. Lalu, terdakwa Rendy menyanggupi dengan kesepakatan penyerahan barang dan uang pembeliaan di rumah terdakwa Guntur.
Selanjutnya terdakwa Guntur dan Polisi menunggu terdakwa Rendy di rumah Guntur di jalan Kemboja Kampung Melati Nomor 32 Kelurahan Kemboja, pada Rabu(31/3/2021) sore.
“Ketika terdakwa Rendy datang membawa pesanan narkoba yang akan diedarkan nya, Saat itu Polisi langsung melakukan penangkapan. Saat digeledah, Polisi menemukan 1 paket narkoba jenis sabu di dalam kotak rokok saku celana Rendy,” ungkap JPU Destah.
Dari pengakuan Rendy, Barang haram sabu yang diedarkan tersebut diperoleh dari terdakwa Muhammad Akbar Sectio Putra. Atas pengakuan Rendy, selanjutnya Polisi melakukan pengembangan dan menangkap Terdakwa Muhammad Akbar di jalan Basuki Rahmat Kota Tanjungpinang.
“Saat digeledah, Polisi menemukan satu unit handphone Oppo serta uang sebesar Rp100 ribu sebanyak 1 lembar,” terangnya.
Hasil di interogasi dan pemeriksaan yang dilakukan Polisi, terdakwa Akbar mengaku telah memberikan 1 paket narkoba jenis sabu tersebut kepada terdakwa Rendy. Dari pengakuan terdakwa Akbar sabu itu diperoleh dari Susandi Wawan Saputra.
“Dari penangkapan Polisi pada ketiga terdakwa, ditemukan satu paket kecil narkoba jenis sabu-sabu seberat 0,73 gram sebagai barang bukti,” kata Destah.
Penulis : Mael
Editor : Alam
Discussion about this post