
DM, Natuna – Kampung Tua Segeram, Kecamatan Bunguran Barat, Sedanau, Kabupaten Natuna merupakan kampung tertua pertama diduduki penduduk. Namun, meskipun memasuki wilayah kelurahan jika dibandingkan dari desa atau kelurahan lainnya, Kampung Segeram sangat jauh tertinggal.
Untuk sampai ke lokasi harus menempuh jarak kurang lebih 104 Kilometer dari pusat Kota Ranai, memakan waktu kurang lebih 3 Jam perjalanan menggunakan roda dua.
Sepanjang 10 Kilometer dari ruas jalan Desa Kelarik Kecamatan Bunguran Utara, jalan masuk ke Kampung Segeram dikenal begitu ekstrim, dipenuhi lumpur, banjir, melewati medan bebatuan membuat penduduk setempat harus menguras tenaga untuk menuju Kota Ranai dan sekitarnya.
Mayoritas penduduk Kampung Segeram bekerja sebagai Nelayan, itupun harus keterbatasan cuaca. Tak hanya itu, perpindahan penduduk juga kerap terjadi dari tahun sebelumnya, mereka meninggalkan Kampung Segeram dengan alasan seperti, harus melanjutkan pendidikan anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Memiliki jumlah penduduk kurang lebih 80 jiwa dari 28 Kepala Kelurga, kini harus tetap masih bertahan untuk menetap dengan alasan tertentu.
Terkait mengenai pendidikan, di Kampung Segeram, Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) 010 Sedanau, Zufrianto (58), mengaku prihatin dengan keadaan dimana tempat Ia mengabdi selama 4 tahun di sekolah itu, baik dari segi akses jalan menuju perkotaan, bahkan akses jaringan internet.
Dirinya berharap agar pemerintah segera bisa mengatasi masalah yang dialami.
“Untuk sementara yang terpenting itu akses jalan dan jaringan internet, karena segala sesuatu kita harus berurusan dengan pemerintah, terkait laporan tentang pendidikan,” ucap pria yang juga sebagai tenaga pengajar itu, minggu (03/10/2021).

SDN 010 Sedanau yang memiliki siswa hanya 14 orang, tenaga pengajar 6 orang sudah termasuk kepala sekolah, ditambah 1 orang bagian Tata Usaha (TU), serta 1 orang penjaga sekolah.
Dibalik keprihatinan yang dialami, ada tekat yang tak pernah putus asa bagi sang tenaga pengajar, dimasa pandemi Covid-19 seperti dirasakan saat ini, pembelajaran tatap muka harus berhenti sementara dan digantikan melalui daring atau Belajar Dari Rumah (BDR). Para guru harus berjibaku untuk memberikan pendidikan yang terbaik buat para siswa.
Akibat keterbatasan jaringan internet, timbul lah usul yang telah di sepakati bersama, mereka melakukan sistem belajar dari rumah ke rumah, setiap hari mendatangi rumah para siswa untuk mengajar, memberikan tugas, dimana layaknya seperti belajar mengajar pada umumnya.
Ditanya seperti apa minat siswa untuk belajar, salah satu Pahlawan Tanoa Tanda Jasa di Sekolah itu menjelaskan, minat anak didik sangat tinggi, selalu bersemangat, jarang ditemukan siswa bolos, malas belajar, banyak bermain bahkan mereka selalu datang lebih awal.
“Semangat mereka tinggi, jika belajar tatap muka, pagi-pagi siswa sudah berkumpul di sekolah, tidak pernah ada yang terlambat, semuanya tepat waktu,” ucap Zufrianto.
Mengenai fasilitas, SDN 010 Sedanau kini sudah di lengkapi, baik dari elektronik seperti komputer, printer, bahkan buku-buku pelajaran sudah merasa tercukupi.
Namun ada satu ruang yang belum dilengkapi yakni majelis guru, kini sementara harus menempati ruang perpustakaan. Berharap pemerintah segera mengatasi persoalan itu
Ditempat terpisah, salah seorang wali murid, Wan Neli Erni (39), juga berpendapat ketika ditanyakan masalah pendidikan, terkait dengan adanya diterapkan Belajar Dari Rumah, Ia juga mengaku kesulitan pada jaringan internet, karena menurut dia, selama ini belum pernah diterapkan kepada anaknya.
Oleh karena itu, kepada pemerintah Erni berharap agar segera diatasi jaringan di kampung Segeram ini. Sebab kata Erni, sinyal yang ada saat ini hanya bisa digunakan untuk telepon biasa, untuk akses ke internet sangat kesulitan.
“Saat ini sinyal sangat mendukung dalam dunia pendidikan, sehingga kami merasa banyak sekali ketinggalan informasi, jadi harapan kami agar di atasi layaknya tempat lain,” harapnya.
Penulis : Zaki
Editor : Redaksi
Discussion about this post